Halaman

Rabu, 17 Februari 2010

TEKTIK PENJAJAH, PECAH DAN PERINTAH ; UMNO GAGAL TOTAL

Jang,

Den nak sogarkan balik ingatan kau tontang kojo-kojo gilo umno yang gagal di PULAU PINANG :

   a) Kes sapo namo de tu boruk umno yang cakap 'cino pendatang', yang  diakui sendiri oleh umno sebagai perkauman, sehingga digantung keahliannya di era Pak Lah, akhirnya dibebaskan oleh najib.

   b) Asak lak dengan kg pala, konon nak belo orang india yang tertindas, pada hal isu tersebut murni masalah undang-undang, duduk kek tanah orang, yo kono halaulah, apo lak masalah penindasan ni Jang, gagal gak penyudah de.

   c) tambah tekanan dengan isu merobohkan gerai orang melayu, gagal gak. Kau tengok tak tulisan dr mariah, rupo de kaum lain laie toruk kono roboh, tapi tak ado lak umno belo, apasal ?, sobab tak do keuntungan politik de pado umno.

   d) terakhir ni, perarakan maulidur rasul, laie tabarai sobab TGNA cakap, kelantanpun tak akan berarak. Punah Jang, punah ranah somo de.

Kesimpulan de,

1 Kenapa umno hanya berminat dengan isu-isumelayu ? :
   a) umno bukan hanya maha memelihara pengundi umno di pp, tapi juga mahu memelihara mood pengundi seluruh negara. Kau tahulah Jang, yang paling mengerikan kepada umno adalah mereka akan kalah lagi di kawasan-kawasan tradisinya.

   b) umno sodar, nak harap cino/india dah tontu tak boleh lagi. Dio orang ni dah ramai yang cerodik, maksud den, bukan orang melayu tak ramai yang corodik, masalah de, orang melayu yang corodik kojo makan gaji dengan kerajaan/glc/syarikat swasta yang bersinggayut dengan umno. Melayu yang dah corodik dan mandiri de, dah masuk pas dan pkr. Sebaliknya, orang cino/india yang corodik  mereka berdikari dan duduk kek bandar, bezo tu jang orang bandar dengan kampung. Orang bandar tak yah nak merengek-rengek nak kemudahan asas de, kerajaan mesti nak sediokan, sobab pemimpin merekapun duduk kek bandar. Satu perangkaan orang baca surat kabar cino 680k, yang baco um/bh 180k. data ni dari siaran langsung perbualan tv1 isnin lopeh. Dan, akhbar cino tak do lah macam um/bh deh, mereka lobih terbuka. satu pekaro laie, yang guno internet pun majoriti de orang cino, yang ni den tak ado perangkaan de, tapi dari segi rasional de, penggunaannya lebih tinggi di bandar, mako cinolah tu yang duduk kek bandar. 

   b) kalau kek sabah dah tontu umno hanyut, sobab isu kalimat ALlah, somo orang yang datang makan ke kodai den sependapat : UMNO SURUH MEREKA BERKELAHI ANAK BERANAK. Kau tahulah Jang kek sabah, dalam satu keluarga tu ado pelbagai agamo, ado anak yang dah masuk Islam, ado lak yang dah masuk kristian. Sarawak cam tu gak. 

Selasa, 16 Februari 2010

Kiamat 2012: Isu atau Fakta?

 Dipetik dari laman : emha ainun najib

Sungguh mengejutkan membaca sebuah berita di Kompas yang melaporkan tentang keberatan seorang warga asli Amerika latin yang sedang mngunjungi situs Maya mengomentari ramalan kiamat tahun 2012. Apalagi, ramalan itu didasarkan pada perhitungan kalender bangsa Maya yang berakhir pada tahun 2012.
“ Isu kiamat adalah cara berpikir Barat yang dipaksakan kepada kami,” tuturnya. Dia juga menegaskan bahwa tahun 2012 adalah masa akhir dari siklus perhitungan penanggalan Maya dalam satu periode tertentu. Seperti jika halnya orang-orang Barat memperkenalkan millennium untuk siklus setiap 1000 tahun dan abad untuk siklus tiap 100 tahun.
Bukan hanya itu, tiap bangsa atau kepercayaan di muka bumi ini hamper selalu memiliki system penanggalan mereka sendiri. Sebagai contoh sederhana, masyarakat Hindu yang memiliki siklus penanggalan sendiri. Mereka memegang teguh system penanggalan itu dan menggunakannya utnuk kepentingan-kepentingan keagamaan. Misalnya untuk menentukan upacara-upacara tertentu, masyarakat hindu menggunakan perhitungan penanggalan saka.
Demikian halnya orang-orang Jawa memiliki system penanggalan sendiri yang akan berakhir pada suatu masa tertentu. Misalnya dalam skala yang paling kecil adalah pasaran. Orang Jawa awalnya tidak mengenal hari-hari senin, selasa, rabu, dst yang berjumlah 7 hari yang dikenal dengan sebutan satu minggu yang menjadi bagian system penanggalan masehi. Sebab, system penanggalan masehi bersumber dari Barat yang datang ke Jawa belakangan.
Awalnya, orang Jawa mengenal siklus hari yang jumlahnya 5 hari: pon, wage, kliwon, legi dan pahing. Siklus ini disebut dengan pasaran. Kemudian yang lebih besar adalah siklus yang berakhir tiap 35 hari. Siklus ini disebut dengan selapan. Kemudian sewindu dan sewarsa yang masing-masing memiliki waktu tertentu.
Ada pula sistem penanggalan dengan mongso yang merupakan teknik penanggalan aplikatif masyarakat agraris yang digunakan untuk menentukan masa tanam, panen dan pilihan terbaik jenis tanaman. Mongso siji, loro, telu dst. Selain mongso juga dikenal sistem penanggalan dengan wuku. Ada wuku landep, galungan, dsb. Semua ini merupakan sebuah perhitungan siklus masa dalam periode tertentu.
Sedangkan Islam hanya mengenal satu siklus waktu penanggalan, yaitu tahun hijriyah yang menggunakan bulan sebagai patokan perhitungan. Hal ini berbeda dengan Masehi yang menggunakan matahari sebagai patokan perhitungan. Sementara, patokan sistem penanggalan wuku memiliki beberapa versi berdasarkan cerita rakyat.
Demikian halnya –merujuk pada pernyataan orang Amerika latin itu- kita harus memahami periode waktu bangsa Maya yang berakhir pada tahun 2012 sebagai akhir dari suatu siklus waktu tiap sekian tahun. Dan akan mulai lagi perhitungan dari awal pada H+1 ( kiamat ) tahun 2012 dan akan berakhir pada “kiamat“ seribu sekian tahun lagi.
Perlu dipertimbangkan juga, apakah bangsa Maya mengenal kiamat? Sebab, kiamat itu konsep yang dibawa oleh agama langit. Sementara, bangsa maya tidak hidup dalam agama langit. Bisa jadi, bangsa Maya juga lahir dari kisah yang berkelindan antara dongeng dan kenyataan seperti halnya bangsa Jawa yang lahir dari Dewoto Cengkar dan Ajisaka. Demikian juga seperti silsilah raja-raja Kasultanan Yogyakarta yang berpuncak pada Adam namun diantara keturunan Adam terselip pula Arjuna dan tokoh-tokoh pewayangan lain.
Jangan-jangan, banyak diantara penanggalan di dunia ini yang tidak pernah mengenal “akhir zaman”. Allah yang Maha Tahu.

R Muhammad Saputra

Banang : Sebenarnya melayu tak pernah wujud II

DIPETIK DARI TRANUNGKITE.NET
Posted on Saturday, December 26 @ 07:13:58 PST
Dilulus untuk paparan oleh CyberSniper

Rencah Oleh: LeeSlimShady


Manusia, dalam makna sempurna, adalah makhluk budi. Saat manusia tunduk pada hukum budi, maka terperciklah sifat-sifat kemanusiaannya.

Budi, atau budhi, memang kata meriah. Semangatnya ada di mana-mana. Sekiranya di Deutschland, kata ini sedondon dengan Geist, atau Bildung, yang bererti ¨mengikat apa yang ada dalam diri manusia.¨ Bahkan, kata budi juga disekutukan dengan pangkal kata Buddha—ajaran hikmah yang gigih meleburkan kelas-kelas dalam masyarakat.

Tatkala budi bertemu daya, lalu membentuklah budaya, akar kata kebudayaan. Demikian hemat Sutan Takdir Alisyahbana dalam Values As Integrating Vorces in Personality, Society and Culture.

Sutan Takdir Alisyahbana merupakan sosok yang mula-mula memadankan kata meriah ini. Maknanya, “saranan fikiran ke arah menatijahkan perkara-perkara yang baik.” Namun, kita sedar, membangunkan budaya bukanlah kerja ranting. Kalau pengalaman Tamadun Melayu saja, binaan budayanya itupun sudah memamah waktu. Sejarahnya panjang, dan terselit kelelahan-kelelahannya yang tersendiri. Kelelahan pertama adalah mencari identiti diri. Dan, kelelahan terakhir adalah salah memaknai diri.

Lalu ada pilihan mudah, di mana ada yang menyandarkan permulaan Tamadun Melayu pada manuskrip terawal, kitab al-’Aqaid an Nasafi. Walhal, Tamadun Melayu bukannya creatio ex nihilo dari abad ke-13.

Melayu itu berleluhur, dan penuh perhiasan. Seni pantun adalah antara kebitaraannya, selain peribahasanya. Pada kedua-duanya terlampir alunan budi bangsa yang merentasi Madagascar hingga ke Hawaii ini. Malah, kehalusan ini dirakam Lim Kim-Hui dalam tesis doktoratnya di Universität Hamburg dengan judul Budi as the Malay Mind: a Philosophical Study of Malay Ways of Reasoning and Emotion in Peribahasa.

Bahkan, atas sisipan nama budi inilah juga, Usman Awang merakamkan sebuah sajaknya. Katanya dengan puitis, Melayu itu ¨akar budi bersulamkan daya.¨ Maksudnya jelas, tanpa pemberdayaan budi takkan terzahir kemolekan kebudayaan Melayu itu. Melayu, sepatutnya kaya dengan budi. Tapi sayunya, Usman Awang ada menambah lagi. Baginya, Melayu itu juga, ¨setia dan sabar tanpa sempadan.¨ Ini barangkali terang melukiskan ciri ketaatan Melayu yang tiada perinya.

Di sinilah yang menarik untuk diteroka—mengapa Melayu boleh setia dan sabar tanpa sempadan?


Apakah sebenarnya bentuk kosmologi Melayu yang terpupuk dalam sejarahnya? Jika dihimbau, kosmologi feudalisme Melayu—yang sabar dan setia tanpa sempadan—ini memang kental dalam jiwanya. Bukan zaman pra-Islam semata, hatta kosmologi feudalisme ini turut mekar pada zaman pasca-Islam. Kunjungan Islam, rupa-rupanya belum cukup ampuh. Semangat feudalisme tidak runtuh, tapi terus terpasak.

Sebab itu, jangan keliru antara Melayu dengan Melayu-Islam, atau dengan Islam. Masing-masing berbeza. ¨Tiada Melayu tanpa Islam¨ itu hakikatnya takrif Melayu yang lemah sejarahnya. Mujur, Islam yang sampai ke sini tak sempat tenggelam di Laut Hindi atau di Laut China Selatan.

Islam, yang menerusi Hikayat Raja-Raja Pasai, dikatakan pertama kali singgah ke Alam Melayu sekurang-kurangnya seawal abad ke-13. Tapi, nun semenjak saat Islam pertama kali diwahyukan di Hira´, tidak pernah terbersit cita-cita feudalisme.

Semak saja pesan-pesan nubuwwah—seluruh tujuannya adalah untuk menghancurkan rasa perbezaan. Lantas, Islam itu berdiri teguh atas nama taqwa. Diri Nabi sendiri, di utus bukanlah sebagai raja, tapi sebagai utusan yang maha esa. Sang Nabi pernah ditawar untuk bertakhta, tapi ditolaknya. Maka, Islam yang pertama sekali - kali sudah berkata tidak pada feudalisme.

Arakian, perlahan-lahan bentuk politik muslim berkembang. Dari khilafah kepada dinasti. Dari Umaiyyah, kepada Abbasiyyah, dan terus bersambung pada Uthmaniyyah dari empayar kepada empayar, sebelum akhirnya runtuh.

Namun, hampir tiada dalam pengalaman politik muslim pasca -Nabi yang benar-benar menjiwai pesan keadilan Islam. Sebaleknya, semuanya seakan terbingkai pada feudalisme, dan tunduk pada takhta yang dikeramatkan. Kejernihan Islam—tanpa feudalisme—segera tersorok ke dalam jubah agamawan istana. Sedangkan, Imam al-Ghazzali dalam Ihya´ ´Ulumuddin, sudah mengingatkan, ¨agamawan yang masuk ke Istana akan hilang cahayanya.¨(lihat lah contoh hari ini di perlihatkan akan perwatakan Harussani Zakaria)

Tidak cukup dengan itu, doktrin ¨pemimpin muslim yang zalim lebih baik dari pemimpin kafir yang adil¨ terus dijaja. Rumusan Ibn Taimiyyah dalam Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah itu—walaupun dalam konteks yang berbeza—dibiar berumbi dalam fikiran muslim. Sampai selanjutnya, tanda terus tidak mampu untuk menghadirkan makna. Inilah yang terpantul pada Melayu-Islam.
Islam yang pertama kali datang ke Alam Melayu tidak terus mendakap rakyat. Tapi bersimpuh dulu ke lantai istana. Islamlah istana, bererti Islamlah seluruh rakyat jelata. Bertolak saat itu, iman pada Melayu lebih dikenal dari tanda bukan dari makna. Beransur-ansur bersemilah iman istana.
Betapa mudah pengislaman di Alam Melayu. Berbeza di Jawa, seraya perlawanannya cukup sengit. Sebahagian Alam Melayu bertuah, kerana sempat berbaur Buddha sebelum ketibaaan Islam. Justeru, Islam lebih mudah terkamir di belahan lain, berbanding Islam di Pulau Jawa. Tanpa ada sentuhan Buddha sebelumnya, sudah pasti pengislaman memang berganda berat—meski itu belum cukup untuk mengusur feudalisme.
Iman istana, adalah iman yang ditakluk feudalisme. Kerana itu, jarang kita dipotretkan penderhakaan sebagai tindakan mulia, meski perjuangannya adalah untuk mengangkat harakat kemuliaan insan. Mithal saja Hang Jebat, akhirnya yang terpapar pada kita adalah nasib seorang penderhaka demi menegak kan keadilan buat seorang Teman.
Tentu sebuah lagi kebebalan supaya sayugia sekonyong - konyongnya tunduk kepada Feudalisme maka di manipulasi akan watak Hang Tuah yang memiliki kesetiaan yang tiada bersempadan.
Tentu lebih pilu lagi episod Laksamana Bentan yang bangkit melawan feudalisme—demi menuntut keadilan atas kematian isteri yang di zalimi raja. Semuanya adalah natijah yang ditampal dalam tradisi kita dan membebalkan pemikiran generasi supaya jangan sesekali berani melawan feudalisme. Tanpa ehsan, kata istana adalah kata absah. Sebuah hukum saja: derhaka tetap derhaka, murka tetap murka, hukuman tetap hukuman. Tiada pilihan melainkan, Melayu harus ¨setia dan sabar tanpa sempadan.¨ Ini lah kebodohan yang di tampalkan pada hamparan persepsi melayu.
Begitulah jua antara kosmologi Melayu-Islam. Tapi, persoalannya, mengapa Melayu ini terus terwajah demikian meskipun di bawah naungan Islam yang membebaskan itu?
Bukanlah paradoks. Jiwa melayu sudah lama terheret dengan feudalisme. Melayu pra-Islam adalah Melayu yang bergelumang bersama feudalisme. Kosmologi ini terukir kemas pada beberapa prasasti Melayu kuno—yang mengambarkan betapa tebalnya feudalisme dalam masyarakatnya. Ini termasuklah beberapa prasasti Srivijaya yang ditemui di Kota Kapur (Bangka), Telaga Batu (Sumatera Selatan), dll.
Kalau belakangan sewaktu abad ke-4 pula, muncul prasasti Melayu Champa yang jelas menegaskan akibatnya menderhaka. Amaran feudalisme pada penentangnya sangat keras sekali; yang derhaka pada istana, kelak akan terhukum ke neraka seribu tahun (sarivu tjuh kulo ko), dan yang setia dan sabar tanpa sempadan, akan dianugerahkan hadiah dari syurga (labuh nasi svarggah).
Bentuk kosmologi dewaraja sebeginilah yang terus mewarnai kosmologi sebahagian minda Melayu sampai dewasa ini. Meskipun kosmologi teratai beransur menipiskan perbezaan kelas, tapi dampaknya tidak memadai.
Dalam buku Pembinaan Semula Teori Kepemimpinan dan Kepengurusan Rumpun Melayu, Shaharir Mohamad Zain ada memuatkan pengalaman kerajaan Gunung Funan(pernah di ulas oleh seorang pengkaji melayu di laman blog ini). Pada abad ke-11, tercatat atas sebuah prasasti bagaimana sumpah diabadikan. Atas nama api, atas nama Brahma, atas nama Archarya, pegawainya telah dititah agar berikrar patuh pada raja, biar apapun aral yang melanda. Jika derhaka, harus saja mereka menerima segala hukuman ke atas dirinya, keluarganya dan seluruh keturunannya.

Maka, apa lagi yang tinggal untuk kebebasan? apa lagi yang tinggal untuk keadilan?
Sampai detik ini pun, feudalisme tidak berakhir, sekalipun ada khalayak sudah mulai berfikir. Bezanya, tidak seperti dulu, kini institusi feudal bukan lagi bersifat mutlak. Walau bagaimanapun, saki-baki feudalisme dalam minda bangsa Melayu memang sukar dihakis.
Sebab itu, meskipun Melayu itu tampak gagah bertarung dengan imperialisme, tapi akhirnya mereka tetap saja gugup bila bertembung dengan feudalisme. Institusi kuning ini terus dianggap tiang seri pada kebudayaan Melayu dan juga Melayu-Islam. Inilah nasib Banang, bangsa yang terus terbuai pada tanda, biarpun maknanya sekian kali hampa.
Banang, adalah kata pertama untuk bangsa Melayu. Bangsa Banang, atau orang gunung ini(di rujuk dari nama rakyat yang di perintah pada era kerajaan Funan), sentiasa menjadi rakusan politikus yang sentiasa berselingkuh antara istana dan agamawan. Bagi sebahagian rakyatnya, mereka lebih rela menderhaka pada makna-makna, namun tunduk sepi pada tanda-tanda. Jadi, sudah lumrah jika ada yang gementar dengan murka istana, tapi murka Tuhan siapa yang peduli?
Melayu kekal kaku laksana pra -Pasti. Memang malang! Bertuah buat pemimpin bangsa ´budiman´ ini. Terbentang selonggok laba yang tidak ternilai. Itulah Melayu, resmi lalang. Apa kata pemimpin, itulah kebenaran mutlak! apa sahaja keadaan pemimpin,walau jahat,zalim dan keji terus di terima seadanya(contoh yang paling tepat adalah Najib Tun Razak) Melayu bebal tak bertempat, bodoh tak terdidik.
Sehingga itu pun pemimpinnya mahu meluluhkan bangsa dan bahasanya sendiri, itupun kelak dianggapnya wawasan geliga. Malahan, kita rela hanyut menadah titah tanpa berfikir, lantaran semuanya sudah difikirkan oleh sang pemimpin. Kalau ada gugatan, maka pandai pula mereka berselindung di sebalik tirai kuning dan tabir mimbar(lihat saja fenomena Harussani Zakaria dan tragedi pencabulan demokrasi di perak). Benar sekali Usman Awang. Melayu itu “setia dan sabar tanpa sempadan,” sungguhpun kepimpinannya amat sewel dan amat bebal sekali.
Sebab itu, kita tidak perlu bangga dengan kata budaya lagi. Takrif Sutan Takdir Alisyahbana masih gagal dimaknai dalam jiwa - jiwa bangsa ini. Budaya itu adalah kata suci. Tapi, budaya Melayu yang dibangunkan adalah feudalisme: mudah ikut ketua, bukan mudah lupa ,itu ternyata tidak sesuci maknanya
Andai kata sampai pada Suatu masa nanti satu gerakan ketumbukan berpaksikan satu Pakatan yang di tegak kan oleh Rakyat,melaungkan laungan sosialisma Ketuanan Rakyat dengan ampuh berjaya menawan mercu pemerintahan melayu ini,mungkin dia jua akan tunduk membisu pada feudalisme.
Akan tetapi cita - cita membina satu hamparan kerajaan atas nama keadilan lantas menumbangkan kebebalan citra - putraresa Melayu yang tak pernah wujud dan sengaja membebalkan pemikiran manusia pasti berjaya.
Islam melorong ke arah pemerintahan rakyat yang adil dan saksama,tetapi pancawarna pembebalan fikiran manusia ke arah idealisma mazhab Melayu - Islam yang menjadi penipu kepada umat nabi Allah yang melorong manusia ke arah pemerintahan yang bersandar feudalisme yang sombong dan dangkal mengundang umat melayu itu sendiri ke arah era yang penuh dengan kehinaan.

BAHAN PERBINCANGAN ; PATUTKAH TAKFIRAN MELAYU DITAFSIR SEMULA ???


Jang,


Den nampak ke belakangan ini, ke-melayu-an sudah sewenang-wenangnya digunakan oleh orang-orang yang langsung tidak faham bahasa melayu, maka den meraso sudah sampai maso de untuk mengkaji kembali takrifan Melayu mengikut perlembagaan.

Den cadangkan takrifan Melayu adalah :

Satu kumpulan/keturunan yang nenek moyang mereka berasal dari alam nusantara, memahami dan mahir bertutur dalam bahasa Melayu serta  menghayati dan mengamalkan budaya Melayu.
Den tak masukan beragama Islam, sebab cakap tentang kaum/etnik, kita membicarakan ras/keturunan. Faktanya, ramai saudara Melayu kita di alam nusantara yang tidak beragama Islam, tapi dari segi keturunan mereka adalah sahih orang Melayu.

Sekiranya ada orang Melayu yang berkahwin dengan orang yang bukan berasal dari nusantara, walaupun mereka beragama Islam (India, Arab, Turki dan lain), mereka tidak boleh ditakrif sebagai Melayu, sehingga keturunan mereka yang ke-tiga, itupun sekiranya anak mereka berkahwin dengan orang Melayu.
Barangkali isu yang cuba saya ketengahkan ini akan memeranjatkan banyak pihak. Kau kono ingat Jang, perlembagaan bukan al-Qur'an yang tidak boleh diubah-ubah.

Dari segi sentimennya, sudah terlalu lama bangsa kita Melayu dipermain-mainkan oleh orang-orang yang bukan berasal dari nusantara tapi mendabik dada lebih Melayu daripada orang Melayu. Sojak zaman kesultanan Melaka lagi Jang, punco balo de orang tu lah, fahamlah kau tu Jang.
Isu ini saya lontarkan untuk perbincangan jo, kok ado yang nak respon, kok tidak yo nak buek cam no, sobar jo lah den.

TUTUH JANG SAMPAI MONANG

Grand Design (GD) Umno/Bn Menjatuhkan Kerajaan Negeri PR = GD Penjajah


"Jang,Berbagi pendapat kito Jang, sebenarnya, den yakin, satu grand design untuk menjatuhkan kerajaan-kerajaan negeri yang dikuasai oleh PR sudah ado Jang.

Dan, kau tahulah, pola grand design tu adalah kesinambungan pola om putih menjajah negara kito, iaitu :

1 Pecah-belahkan mereka ke dalam isu-isu perkauman dan agama.

2 Lago-lagokan kepimpinan dan penyokong mereka

3 Bagi habuan apa saja yang diminta oleh pembelot-pembelot. Kalau ado yang minta duit kasi, yang nak pangkat lantik, yang nak pompuan bagi, asal jangan minta bini dio dah lah, tapi, barangkali kalau nak pinjam anak dio  trylah, manolah tahu kok dapek lak, nasib baiklah tu.


4 Gerakan media untuk meyakinkan rakyat bahawa apa yang mereka lakukan adalah demi kemakmuran satu kaum, yang dianggap tertindas. Sobab tu isu kg Pala kek P. Pinangpun dibesar-besarkan media mereka satu ketika dahulu. walaupun sebenarnya, isu tersebut murni isu undang-undang, yang  tak kono mengeno dengan masalah perkauman,  tahulah Jang kaedah media hitler, 'pembohongan yang diulang-ulang siang malam, lama-lama akan diyakini orang sebagai satu kebenaran.

PESANAN

1. BUAT PEMIMPIN, KOK TAK FAHAM-FAHAM GAK DENGAN TEKTIK UMNO/BN SEPERTI DI ATAS, ERTINYO, MEMANGLAH KAU BONGAP, ELOK LOTAK JAWATAN CEPAT-CEPAT, SUPAYO TAK NYUSAHKAN ORANG, KOCIK-KOCIK TAK MAU MAMPUIH.

2 BUAT PENYOKONG LAK, KOK PERCAYO DENGAN MEDIA UMNO/BN, ERTINYA JUGA, KAU TERMASUKLAH DALAM KALANGAN ORANG-ORANG YANG BONGAP, PUN ELOK KUA PR COPEK-COPEK.

3 BUAT CENDIKIAWAN, CENDIKIAWAN-CENDIKIAWAN YANG DUDUK SEBAGAI PEGAWAI-PEGAWAI KAKITANGAN AWAM/SWASTA, ATAU PENSYARAH-PENSYARAH UNIVERSITI/CIKGU, DEN CADANGKAN, KALAU KAU MENYOKONG KEMUNAFIKAN UMNO/BN, ELOK KAU BERONTI JO KOJO, JANGAN BAGI MAKAN ANAK BINI KAU DENGAN DUIT HASIL MENJUAL DIRI/KEBENARAN, ISTILAH GAH DE : PELACUR KAU TU JANG. ELOK GAK PELACUR LAI DARIPADO KAU, SOBAB PELACUR HANYA MEMBUKA BAJU DALAM BILIK, TAPI KAU TELANJANG BULAT KEK KHALAYAK. KASAR BUNYI DE NI, TAPI JENIH KAU ORANG NI MEMANG PATUT DIHANTUK-HANTUK KEPALO KAU KE TEMBOK, SOBAB TAK FAHAM-FAHAM BAHASO. 

RUMUSAN :

TEKTIK DAN GAYA PEMERINTAHAN UMNO/BN = PENJAJAH, ERTINYA, ADAKAH  UMNO/BN NI = PENJAJAH KOH JANG ???, TERPULANG KEK KAU LAH JANG.
 

TUTUH JANG SAMPAI MONANG"

Isnin, 15 Februari 2010

Sekolah Berprestasi Tinggi: Membandingkan Mercedes Dengan Basikal Buruk

Jang,

Saya melihat, penilaian Sekolah Berprestasi Tinggi (SBT) untuk mengukur semua sekolah-sekolah di Malaysia seperti yang diumumkan oleh TPM barubaru ini, merupakan sesuatu langkah yang tidak munasabah kerana :

1. Bilangan guru dengan murid di Sekolah Berasrama Penuh (SBP), antara 1 : 9 hingga 1 : 11, pernah satu ketika dahulu, salah satu SBP mempunyai kelebihan 16 orang guru. Lalu bagaimana di Sabah/Sarawak, 1 : 40 lebih.

2. Ada beberapa Pengetua SBP berpangkat JUSA bahkan dapat Dato' baru-baru ini, sedangkan sekolah lain si Sabah/Sarawak DG 48 tu dah handal sangat, bahkan ada yang baru DG 44 je.

3. Kemudahan SBP dibandingkan sekolah-sekolah di Sabah/Sarawak seperti siang dengan malam, coba kau amati fakta di bawah :

   a) Peralatan Wind Orchestra SBP lebih RM. 500,000.00, sementara sekolah lain tiada bah !
   b) Semua SBP ada kaunter on line, sementara sekolah di Sabah/Sarawak apipun tiada bah !
   c) Bilik komputer dan peralatan SBP, diperkirakan lebih baik daripada bilik guru + bilik pengetua di Sabah/Sarawak.

4. Sudah tentu beratus lagi fakta lain yang boleh diungkap, saya rasa semua guru-guru di Sabah/Sarawak sudah tentu dapat mengatakannya.

5. KESIMPULANNYA :

MENILAI SEKOLAH BERPRESTASI TINGGI = MEMBANDINGKAN MERCEDEZ DENGAN BASIKAL BURUK.

Cadangan :

Demokrasikan pendidikan dalam erti kata sebenarnya, jangan hanya cakap-cakap demokrasi pendidikan tapi amalannya DISKRIMINASI TOTAL terhadap pelajar-pelajar rakyat Malaysia.

Konsep Sekolah Berasrama Penuh ini peninggalan penjajah seperti MCKK, TKC dan lain-lain yang patut dikaji semula kesesuaiannya dengan era sekarang.

Rombak sistem pendidikan di SBP kerana ia gagal mendidik pelajar-pelajar cemerlang dalam erti kata sebenarnya, hal ini terbukti apabila di universiti, ternyata sistem pendidikan sekolah Cina lagi unggul, fakta ini tergambar sewaktu konvokesyen, di mana ijazah kelas pertama 90% pelajar Cina.

 
TUTUH JANG SAMPAI MONANG

SUBSIDI ; ISTILAH FEUDAL YANG SUDAH TIDAK SESUAI DI ERA DEMOKRASI

Jang,

Istilah subsidi ini, menurut kamus dewan : bantuan berupa wang atau kebendaan (biasanya dari kerajaan) yang diberikan kepada pihak tertentu.

Sepatutnya, dewan bahasa dan pustaka mesti mengkaji balik takrifan tersebut memandangkan beberapa perkara seperti di bawah :

1. Patut diingat, bahawa semua wang yang ada dalam perbendaharaan negara tersebut adalah berasal daripada rakyat, ataupun secara tidak langsung seperti minyak dan hasil galian lainnya adalah hak rakyat.

2. Pemilik sah negara ini adalah rakyat, bukan pemerintah, sebab itu mereka mengadakan pilihan raya untuk merayu agar mereka dilantik untuk mewakili rakyat sebagai tuan sah negara ini.

3 Isunya, apakah itu bantuan namanya ?, bantuan itu orang lain memberi kepada kita, ini bukan, hak kita yang diberikan kepada kita.

4 Rakyat selama ini sengaja dimomok-momokkan dengan subsidi-subsidi, yang seakan-akan, individu-individu pemerintah menjualkan semua harta pusaka datuk nenek mereka untuk diberikan kepada rakyat. kononnya mereka sangat perihatin dengan rakyat, gilo punyo, yang den bonci tu rakyat percayo lak tu, bangang.

Rumusan :

YANG SEBENARNYA MAKAN SUBSIDI ADALAH MEREKA-MEREKA YANG BERKUASA TU, SEBAB MEREKA YANG MENDAPAT BANTUAN KEWANGAN, KENDERAAN, RUMAH DAN PELBAGAI LAGI. WAIMA MAKAN MINUM MEREKA 100 PERATUS KITA SUBSIDI. YANG LEBIH CILAKO DE JANG, DIO TIPU LAK DUIT KITO, MALAH ADO YANG SAMPAI DIO ROMPAK DUIT KITO.

CADANGAN :

SEPATUTNYA ISTILAH SUBSIDI INI DITUJUKAN KEPADA PENGUASA NEGARA, JADI UNTUK PERMULAAN (SAMBIL TUNGGU MASUKAN DARI ORANG-ORANG YANG KOMPETEN) KITA NAMAKAN PEMERINTAHAN UMNO/BN SEBAGAI "PEMERINTAHAN MAKAN  SUBSIDI RAKYAT".

TUTUH JANG SAMPAI MONANG

Trend Provokasi DPM PP @ GPMS; Ke Arah Mageran

Jang, 

Kalau kau tengok berita malaysiakini kek bawah ni dalam tahun 70-80an, dah tontu berlaku rusuhan ni Jang.

Den nak tanyo kek kpn, menteri dalam negeri (mdn) dan pm, menurut pandangan anda tak cukupkah ini sebagai bukti (di bawah) untuk menangkap rizal dan konco-konconya ? kalau dulu dah tontu rizal ni di-ISA- kan.

DEN RAYULAH KEK PKN, MENTERI DALAM NEGERI DAN PM, BERTINDAKLAH SEGERA SEBELUM NASI JADI BUBUR, ATAU NAWAITU ANDA MEMANG MAHU BERLAKU RUSUHAN SUPAYA DAPAT MENGAMBIL ALIH KERAJAAN PR DI PP, SEBAGAIMANA BERLAKU DI KELANTAN THN 78 ?

Sehingga hari ini, langsung tiada siapa yang berbunyi di antara kpn, mdn dan pm, apa sudah jadi ???.
Den nak ingatkan kek orang-orang melayu pp, berfikirlah dengan rasional lihat sekitaran dengan otak yang jernih dan hati yang bersih, betulkah anda terpinggir hari ini ?, manakah yang lebih terpinggir di antara anda dibawah gerakan/bn dgn dap/pr ? atau yang terpinggir itu adalah orang-orang tertentu umno/bn yang selama selalu 'menembak ateh kudo' dalam kerajaan umno/bn ??? 


Den cuma nak ingat satu perkaro jo kek somo rakyat malaysia, bahawa kito ini adalah hidup bersama saling bergantung, kalau melayu mogok, maka pentadbiran negara tidak berjalan, tapi kau kono ingat gak Jang, kalau cino mogok, ekonomi negara lumpuh, nak boli pisangpun kau tak boleh. Fikirlah baik-baik, jangan kau ingat 'longan kau jo', orang lainpun ado longan gak. Ini fakta negara kito, jadi jangan berfikir, macamlah malaysia ni masih berada dalam era kerajaan melayu melaka.


TUTUH JANG SAMPAI MONANG


 

Usaha tangkis isu perkauman di P Pinang
author_photo("Low Chia Ming")Low Chia Ming
Feb 11, 10
6:49pm
Ketika masyarakat Cina sibuk membuat persiapan terakhir sambutan tahun baru mereka pada Ahad ini, kerajaan Pulau Pinang pula bertungkus lumus cuba meredakan ketegangan isu perkauman di negeri itu.

Kerajaan negeri sejak minggu lalu 'diserang bertubi-tubi' oleh Dewan Perniagaan Melayu Pulau Pinang (DPMPP) dan Gabungan Pelajar Melayu Semenanjung (GPMS).


Kedua-dua pertubuhan itu mendakwa kerajaan pimpinan DAP di Pulau Pinang meminggir dan menindas orang Melayu.

Bagi menangkis tohmahan berkenaan, kerajaan Pulau Pinang dalam proses untuk mencetak 10,000 risalah bagi menerangkan keadaan sebenar tetapi belum diketahui bila ia dapat diedarkan.

Kerajaan Pulau Pinang juga akan mengadakan perhimpunan di dua kawasan majoriti Melayu beberapa hari sebelum tahun baru Cina meskipun lazimnya aktiviti politik mula lesu sempena sambutan itu.

Perhimpunan pertama akan diadakan di Tapak Ekspo, Seberang Jaya esok manakala perhimpunan kedua pula akan diadakan di Permatang Pasir Sabtu ini.

'Wanita dan kanak-kanak dicabuli'

Ini bukan kali pertama kerajaan Pulau Pinang dikecam oleh kumpulan berkepentingan Melayu.

Malah, tohmahan yang sama dilemparkan ketika parti Gerakan menerajui negeri itu dengan dakwaan masyarkat Melayu, yang merupakan kaum kedua terbesar di negeri ini, terus dipinggirkan.


Namun beberapa kenyataan terbaru daripada presiden DPMPP, Rizal Faris Mohideen yang mendakwa pihak berkuasa cenderung bertindak ke atas penjaja kecil Melayu berbanding Cina, dianggap berbaur perkauman melampau.

"Demonstrasi Jumaat lalu adalah permulaan kecil dan kita akan menghimpunkan lebih ramai NGO pada peringkat nasional dan menamatkan kezaliman serta keganasan ke atas bangsa Melayu di Pulau Pinang.

“Kita tidak akan membiarkan mereka datang ke rumah kita dan mencabuli isteri dan anak-anak kita. Kita akan lawan. Jika tidak dibendung dia (Lim Guan Eng) akan bertambah teruk.


"Kami akan menentang pembohong ini yang bersembuyi di sebalik skirt. Dia tidak sesuai untuk Pulau Pinang dan seharus melepaskan jawatannya untuk diterajui oleh anak Pulau Pinang yang boleh melakukan tugas dengan lebih baik,” kata Rizal, menurut versi internet penerbitan The Edge.

Rizal juga memberi amaran pertelingkahan kaum seperti yang tercetus di Kampung Rawa pada 1998 akan berulang jika masalah yang dihadapi oleh orang Melayu tidak diselesaikan."

Apo Hukum Berarak Pado Hari Kelahiran Nabi ???

"1. Ado koh fatwa berkenaan berarak pado hari kelahiran nabi ni boleh Jang. Tolong bagi maklumat  den Jang. Sobab kek Indonesia orang islam gak, tapi tak pornah lak nampak dio ni berarak doh, kek arab cam tu gak, ado koh orang berarak menyambut kelahiran nabi kek negaro-negaro Arab Jang ?.

2. Sekiranya bolum ado fatwa, den mendesak kepada Majlis fatwa Kebangsaan agar mengeluarkan fatwa de "apo hukum berarak ni dalam islam" ?,  Ni kojo mendesak ni, Majlis fatwa wajib keluar fatwa sebelum 26 Feb. dopan. Kalau begitu barulah orang islam namo de bekerja dengan 'sigap' Jang, kalau kenduri habih, lauk baru sampai nak buek apo?. tapi den kurang yakin majlis fatwa akan mengeluarkan fatwa de menjelang 26 feb. dopan de Jang.

3. Sepengetahuan den, kojo-kojo umno berkenaan islam adalah yang bersifat kosmetik luaran jo, tapi dapek liputan akhbar, bab nie yang puak-puak umno suko Jang. umno bukan suko 'cara hidup Islam', tapi dio gomar projek-projek yang akan timbul akibat kegiatan kosmetik ni.
4. Kau tahu koh Jang, somo peserta perarakan akan dapek baju melayu baru, samping baru, kasut baru, stokin baru baru, makan gratis, pengangkutan gratis, dan ado lak elaun de. Kawan den dek rajin berarak ni, tak pernah-pernah dio boli baju melayu rayo doh Jang. Kau tahu kan apo yang den nak cakap, somo tu projek duit umno, duit masyuuuk, tu  Jang.
5 Kau bayangkan, ambik angka paling mudah, setiap negeri ado 1000 peserta (kau kono ingat, berarak peringkat daerahpun ado), campur lak peringkat kebangsaan lobih kurang 20,000 orang yang terlibat dapek sagalo free, kau daraplah dengan @ 500.00, sejuta Jang, itu untuk pakaian jo tu. tak termasuk pentas lah, kemahlah, baju montori lai Jang. Agak-agak den hanyut lak agak 10 juta duit rakyat, duit kito Jang, duit kau gak. Hasil de ke arah pembentukan 'cara hidup islam', kosong melompong jang, tak ado apo, silap-silap peserta yang berarak tu semaso dalam bas, yang jantan duduk lak dokek betino, punah Jang, punah ranah, konon dapek kebaikan, tapi nan tibo balo Jang.
6. Rumusan :
   a. Kalau tak ado fatwa berarak pado hari kelahiran nabi adalah satu kojo yang akan dapek pahalo, elok hentikan jo lah Jang.
   b. Ishtiharkan bulan kelahiran nabi sebagai bulan dakwah kebangsaa setiap tahun.
   c. Elakan mengunokan duit rakyat, duit kito, duit kau gak Jang untuk kojo-kojo membazir.
   d. Mintak tolong kek ustaz-ustaz tulih sikit bab nie.

Ahad, 14 Februari 2010

ULASAN : “ …..Jaga Mulut sikit !!! Aku Bukan Biawak ….” - Zaharin


"Jang, Sah cilako si Zaharin ni kalau botul dio cakap, "jaga mulut sikit, aku bukan biawak"

Sobab den cakap dio cilako, ertinya, dio langsung tak faham bahasa melayu, apo laie bahaso metafora, bidalan, petatah-petitih, simpulan bahasa. Macam mano dio mengaku melayu, kalau simpulan bahasa yang paling 'gampang (mudah)' sekali dio tak faham, memanglah melayu cilako, kalau bondo tu pun tak faham.

Jang,
memahami bahaso melayu, bukan mengambil erti terjemahan langsung daripada patah demi patah perkataan, tapi mendalami apa yang tersirat di sebalik bahaso, mako :'MENDUKUNG BIAWAK HIDUP"makno de "TIDAK MENYUSAHKAN DIRI SENDIRI, MAKA ORANG YANG SUKA MENDUKUNG BIAWAK HIDUP, MAKNANYA SUKA MENCARI SUSAH SENDIRI, MAKA ORANG YANG BEGINI "BODOH" NAMANYA.Jadi, membuang Zaharin, bukan membuang biawak, tapi membuang satu perkara yang menyusahkan diri sendiri, oleh yang demikian, tindakan tersebut adalah merupakan 'SATU LANGKAH BIJAK PKR', ertinya, 'PKR SUDAH ARIF'
tahu diruncing yang akan mencucuk,
tahu ditajam yang akan melukai
tahu dicondong yang akan menghimpap.
Jadi yang den risau ZAHARIN DAN SPESIS YANG SEWAKTU DENGANNYA INI LAYAKKAH DIPANGGIL MELAYU, KAU FIKIRLAH JANG.

Pado den lah Jang "BUKAN MELAYU KALAU TIDAK FAHAM SIMPULAN BAHASA,BIDALAN, PATATAH-PETITIH MELAYU' atau dato' dr hassan ahmad  selalu menggunakan istilah 'METAFORA MELAYU'

TUTUH JANG SAMPAI MONANG